Jumat, 25 Mei 2018

Culture Shock


Istilah "culture shock" pertama kali diperkenalkan oleh Oberg (1960) untuk menggambarkan respon yang mendalam dan negatif dari depresi, frustasi, dan disorientasi yang dialami oleh orang - orang yang hidup dalam suatu lingkungan budaya yang baru. Istilah ini menyatakan ketiadaan arah, merasa tidak mengetahui harus berbuat apa atau bagaimana mengerjakan segala sesuatu di lingkungan yang baru, dan tidak mengetahui apa yang tidak sesuai atau sesuai (Dayaksini, 2004).

 Definisi Culture Shock menurut pendapat beberapa ahli dalam artikel S.Bekti Istiyanto yaitu:
       a)      Futura: kejutan yang dialami pada waktu dua kebudayaan yang bertemu.
       b)      Nakane Chie: suatu reaksi negatif terhadap berbagai segi kehidupan suatu masyarakat asing yang dianggap rumit.
      
     Beberapa tanda-tanda Culture Shock yang perlu diketahui diantaranya adalah 

a)      merasa sedih dan sendiri/terasingkan,
b)      temperamen cepat berubah,
c)      merasa sering goyah dan tidak berdaya,
d)     terkadang disertai masalah kesehatan, seperti demam, flu, diare,
e)      sering merasa marah, kesal, dan tidak mau berinteraksi dengan masyarakat sekitar,
f)       mengait-ngaitkan dengan kebudayaan di negara asal dan bahkan menganggap negara asal lebih baik,
g)      merasa kehilangan identitas/ciri-ciri pribadi,
h)      berusaha keras menyerap dan memahami semua kebiasaan yang ada dinegara barunya,
i)        menjadi kurang percaya diri,
j)        membentuk suatu stereotip (Pencitraan yang buruk) terhadap kebudayaan baru.
  

Ada empat tahapan timbulnya culture shock:
1.      Tahapan pertama yaitu the honeymoon phase

Suatu tahapan di mana kamu akan merasa bahagia setibanya di negara yang baru, apalagi yang belum pernah kamu kunjungi sebelumnya.

2.      Tahap kedua, the crisis phase

Yaitu perbedaan di negara baru tidak pas baik itu makanannya, logat yang susah dimengerti, kebiasaan jual beli dan merasa kesepian. Hal tersebut hanya membuat kamu merasa terasing dari lingkungan. Namun kamu akan segera melaluinya jika mampu menyesuaikan diri dengan baik.

3.      Tahap ketiga, the adjustment phase

Dalam fase ini, kamu sudah mulai bisa berinteraksi dengan lingkungan di negara baru.

4.      Tahap keempat, bi-cultural phase

Kamu merasa nyaman hidup dengan dua kebudayaan sekaligus. Ini merupakan indikasi bagus, karena kamu telah berhasil melalui suatu seleksi alam kecil. Namun ada pula mahasiswa yang terlalu memuja kebudayaan asing sehingga ketika pulang ke negeri sendiri, ia malah merasa asing kembali. Untuk itu harus ada keseimbangan antara memahami kebudayaan tanpa meninggalkan identitas kita sebagai bangsa Indonesia.


Dimensi Culture Shock

           a)      Affective
Dimensi ini berhubungan dengan perasaan dan emosi yang dapat menjadi positif atau negatif. Individu mengalami kebingungan dan merasa kewalahan karena datang ke lingkungan yang tidak familiar. Individu merasa bingung, cemas, disorientasi, curiga, dan juga sedih karena datang ke lingkungan yang tidak familiar.

           b)      Behavior
Dimensi ini berhubungan dengan pembelajaran budaya dan pengembangan keterampilan sosial. Individu mengalami kekeliruan aturan, kebiasaan dan asumsi-asumsi yang mengatur interaksi interpersonal mencakup komunikasi verbal dan nonverbal yang bervariasi di seluruh budaya

           c)      Cognitive
Dimensi ini adalah hasil dari aspek Affectively dan behaviourally yaitu perubahan persepsi individu dalam identifikasi etnis dan nilai - nilai akibat kontak budaya. Saat terjadi kontak budaya, hilangnya hal-hal yang dianggap benar oleh individu tidak dapat dihindarkan. Individu akan memiliki pandangan negatif, kesulitan bahasa karena berbeda dari negara asal, pikiran individu hanya terpaku pada satu ide saja, dan memiliki kesulitan dalam interaksi sosial.


Contoh Culture Shock (Lingkungan Kerja) 
Lingkungan kerja adalah kehidupan sosial, psikologi, dan fisik dalam perusahaan yang berpengaruh terhadap pekerja dalam melaksanakan tugasnya. Kehidupan manusia tidak terlepas dari berbagai keadaan lingkungan sekitarnya, antara manusia dan lingkungan terdapat hubungan yang sangat erat. Dalam hal ini, manusia akan selalu berusaha untuk beradaptasi dengan berbagai keadaan lingkungan sekitarnya. Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan yang mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan (Nitisemito, 1992:25). Selanjutnya menurut Sedarmayati (2001:1) lingkungan kerja merupakan kseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok. Salah satunya adalah banyaknya teman kerja yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Dengan berasal dari berbagai daerah di Indonesia tentunya juga membuat cara mereka beradaptasi dengan lingkungan sekitar pun berbeda beda. Misalnya saja saya beri contoh saya memiliki teman yang berasal dari daerah bagian timur indonesia yang tentunya juga dari Bahasa yang digunakan berbeda dengan kebanyakan Bahasa daerah lainnya. Teman saya berasal dari Timor Leste. Menurut saya ini adalah salah satu contoh culture shock karena jika ingin berkomunikasi harus memahami sedikit demi sedikit artinya apa yang sedang dibicarakan.   Walaupun memang beliau juga bisa berbicara bahasa Indonesia namun tentunya juga masih ada logat asingnya. Soooo itulah lingkungan kerja dimanapun kita berada pati juga ada percampuran adat, Bahasa dari berbagai daerah lainnya Indonesia yang menunjukkan kemajemukan bangsa Indonesia itu sendiri. 


Contoh lain dari Culture Shock (UNBK disekolah)

 Dapat kita lihat pada tahun 2000an dimana setiap sekolah dari tingkat SD hingga SMA pada saat pelaksanaan ujian Nasional masing menggunakan peralatan tulis seperti Pensil 2B, Penghapus, Penggaris untuk membulatkan jawaban hingga papan untuk alas lembar jawaban dalam pelaksanaan ujian nasional, namun pada tahun yahun yang makin modern dan canggih Ujian Nasional pun sudah mulai berbasis Komputer dimana para siswa tidak lagi direpotkan dengan peralatan ujian yang harus dibawa karena semua soal dan jawaban sudah langsung terintegrasi dengan sistem yang saling terhubung melalui jaringan Internet. Walaupun banyak juga terdapat kendala terhadap jaringan internet tapi pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer ini harus tetap di canangkan demi untuk terintegrasinya data dan sistem . meskipun banyak juga para siswa yang tentunya masih gagap akan kehadiran Ujian Berbasis Komputer ini.
 

Manfaat Culture Shock

Menurut Nanath (gegar budaya culture shock : 2008)
     1.  Mendorong seseorang untuk melakukan berbagai cara dan imajinasi dalam upaya membandingkan masyarakat atau kebudayaan lingkungan asing,
    2.  Menumbuhkan kesadaran bagi diri sendiri untuk mengetahui betul-betul identitas diri sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangannya

     Sumber :