Istilah "culture shock" pertama
kali diperkenalkan oleh Oberg (1960) untuk menggambarkan respon yang mendalam
dan negatif dari depresi, frustasi, dan disorientasi yang dialami oleh orang -
orang yang hidup dalam suatu lingkungan budaya yang baru. Istilah ini
menyatakan ketiadaan arah, merasa tidak mengetahui harus berbuat apa atau
bagaimana mengerjakan segala sesuatu di lingkungan yang baru, dan tidak
mengetahui apa yang tidak sesuai atau sesuai (Dayaksini, 2004).
Definisi Culture Shock menurut pendapat
beberapa ahli dalam artikel S.Bekti Istiyanto yaitu:
a)
Futura: kejutan yang dialami pada waktu
dua kebudayaan yang bertemu.
b)
Nakane Chie: suatu reaksi negatif terhadap
berbagai segi kehidupan suatu masyarakat asing yang dianggap rumit.
Beberapa tanda-tanda Culture
Shock yang perlu diketahui diantaranya adalah
a) merasa
sedih dan sendiri/terasingkan,
b) temperamen
cepat berubah,
c) merasa
sering goyah dan tidak berdaya,
d) terkadang
disertai masalah kesehatan, seperti demam, flu, diare,
e) sering
merasa marah, kesal, dan tidak mau berinteraksi dengan masyarakat sekitar,
f) mengait-ngaitkan
dengan kebudayaan di negara asal dan bahkan menganggap negara asal lebih baik,
g) merasa
kehilangan identitas/ciri-ciri pribadi,
h) berusaha
keras menyerap dan memahami semua kebiasaan yang ada dinegara barunya,
i)
menjadi kurang percaya diri,
j)
membentuk suatu stereotip (Pencitraan yang
buruk) terhadap kebudayaan baru.
Ada
empat tahapan timbulnya culture shock:
1.
Tahapan
pertama yaitu the honeymoon phase
Suatu
tahapan di mana kamu akan merasa bahagia setibanya di negara yang baru, apalagi
yang belum pernah kamu kunjungi sebelumnya.
2. Tahap
kedua, the crisis phase
Yaitu
perbedaan di negara baru tidak pas baik itu makanannya, logat yang susah
dimengerti, kebiasaan jual beli dan merasa kesepian. Hal tersebut hanya membuat
kamu merasa terasing dari lingkungan. Namun kamu akan segera melaluinya jika
mampu menyesuaikan diri dengan baik.
3. Tahap
ketiga, the adjustment phase
Dalam
fase ini, kamu sudah mulai bisa berinteraksi dengan lingkungan di negara baru.
4. Tahap
keempat, bi-cultural phase
Kamu
merasa nyaman hidup dengan dua kebudayaan sekaligus. Ini merupakan indikasi
bagus, karena kamu telah berhasil melalui suatu seleksi alam kecil. Namun ada
pula mahasiswa yang terlalu memuja kebudayaan asing sehingga ketika pulang ke
negeri sendiri, ia malah merasa asing kembali. Untuk itu harus ada keseimbangan
antara memahami kebudayaan tanpa meninggalkan identitas kita sebagai bangsa
Indonesia.
Dimensi Culture Shock
a) Affective
Dimensi ini berhubungan
dengan perasaan dan emosi yang dapat menjadi positif atau negatif. Individu
mengalami kebingungan dan merasa kewalahan karena datang ke lingkungan yang
tidak familiar. Individu merasa bingung, cemas, disorientasi, curiga, dan juga
sedih karena datang ke lingkungan yang tidak familiar.
b) Behavior
Dimensi ini berhubungan
dengan pembelajaran budaya dan pengembangan keterampilan sosial. Individu
mengalami kekeliruan aturan, kebiasaan dan asumsi-asumsi yang mengatur
interaksi interpersonal mencakup komunikasi verbal dan nonverbal yang
bervariasi di seluruh budaya
c)
Cognitive
Dimensi
ini adalah hasil dari aspek Affectively dan behaviourally yaitu perubahan
persepsi individu dalam identifikasi etnis dan nilai - nilai akibat kontak
budaya. Saat terjadi kontak budaya, hilangnya hal-hal yang dianggap benar oleh
individu tidak dapat dihindarkan. Individu akan memiliki pandangan negatif,
kesulitan bahasa karena berbeda dari negara asal, pikiran individu hanya
terpaku pada satu ide saja, dan memiliki kesulitan dalam interaksi sosial.
Contoh
Culture Shock (Lingkungan Kerja)
Contoh
lain dari Culture Shock (UNBK disekolah)
Dapat
kita lihat pada tahun 2000an dimana setiap sekolah dari tingkat SD hingga SMA
pada saat pelaksanaan ujian Nasional masing menggunakan peralatan tulis seperti
Pensil 2B, Penghapus, Penggaris untuk membulatkan jawaban hingga papan untuk
alas lembar jawaban dalam pelaksanaan ujian nasional, namun pada tahun yahun
yang makin modern dan canggih Ujian Nasional pun sudah mulai berbasis Komputer
dimana para siswa tidak lagi direpotkan dengan peralatan ujian yang harus
dibawa karena semua soal dan jawaban sudah langsung terintegrasi dengan sistem
yang saling terhubung melalui jaringan Internet. Walaupun banyak juga terdapat
kendala terhadap jaringan internet tapi pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis
Komputer ini harus tetap di canangkan demi untuk terintegrasinya data dan
sistem . meskipun banyak juga para siswa yang tentunya masih gagap akan
kehadiran Ujian Berbasis Komputer ini.
Manfaat
Culture Shock
Menurut Nanath (gegar budaya culture shock
: 2008)
1. Mendorong
seseorang untuk melakukan berbagai cara dan imajinasi dalam upaya membandingkan
masyarakat atau kebudayaan lingkungan asing,
2. Menumbuhkan
kesadaran bagi diri sendiri untuk mengetahui betul-betul identitas diri sendiri
dengan segala kelebihan dan kekurangannya
Sumber :